Minggu, 27 November 2011

Prosedur Pemasangan Kateter


1.      Definisi
Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Jadi, kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra kedalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

2.      Tujuan
·         Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
·         Untuk pengumpulan spesimen urine
·         Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
·         Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan.

3.      Indikasi pemsangan kateter
Kateterisasi dapat menyebabkan hal - hal yang mengganggu kesehatan sehingga hanya dilakukan bila benar - benar diperlukan serta harus dilakukan dengan hati - hati. Olehkarena itu, kateterisasi hanya boleh dilakukan bila terdapat indikasi. Menurut Brockopdan Marrie, pada tahun 1999, pemasangan kateter dapat dilakukan baik sebagaidiagnosis maupun sebagai terapi.
a.       Indikasi Diagnosis Kateterisasi Urethra, antara lain:
·     Untuk mengambil sample urine guna pemeriksaan kultur mikrobiologi dengan menghindari kontaminasi.
·   Pengukuran residual urine dengan cara melakukan regular kateterisasipada klien segera setelah mengakhiri miksinya dan kemudian diukurjumlah urine yang keluar.
·         Untuk pemeriksaan cystografi, dengan cara kontras dimasukan dalamkandung kemih melalui kateter.
·         Untuk menilai produksi urin
·         Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretral profil pressure.
b.      Indikasi terapeutik kateterisasi, antara lain :
·     Dipakai dalam beberapa operasi traktus urinarius bagian bawah seperti secsio alta, repair reflek vesico uretral, prostatatoktomi sebagai drainage kandung kemih.
·         Mengeluarkan darah atau ebdapan (clots)
·       Mengatasi obstrruksi infra vesikel seperti pada BPH, adanya bekuan darah dalam buli buli, striktur pasca bedah dan proses inflamasi pada uretra.
·         Penanganan inkontinensia urine dengan intermitten self catheterization.
·         Pada tindakan kateterisasi bersih mandiri berkala
·         Memasukkan obat – obat intervesika antara lain sitostatika/antipiretika untuk buli – buli.

4.      Kontraindikasi
Pemasangan kateter urethra memiliki beberapa komplikasi, sehingga terdapat beberapakontraindikasi, di antaranya adalah sebagai berikut:
·         Urethritis dan Infeksi Kandung KemihJika pasien telah didiagnosis mengalami urethritis dan atau infeksi saluranperkemihan, maka tindakan katetrisasi urethra belum boleh dilaksanakan.Karena pada proses kateterisasi yang kurang steril, mikroba dapat denganmudah masuk ke urethra dan bahkan sampai pada vesica urinaria sehinggadapat menyebabkan superinfection
·         Trauma pada UretraKateterisasi dapat menyebabkan trauma pada urethra semakin parah, sehinggapada pasien yang mengalami trauma pada uretra tidak diperbolehkan untukdilakukan tindakan pemasangan kateter.
·         Ruptur urethra.
·         Gross Hematuria
Jika terdapat atau terlihat darah dari urine, maka prosedur pemasangan katetertidak diperkenankan

5.      Prosedur
SARANA DAN PERSIAPAN
·         Alat
a.       Tromol steril berisi
b.      Gass steril
c.       Deppers steril
d.      Handscoen
e.       Cucing
f.       Neirbecken
g.      Pinset anatomis
h.      Doek
i.        Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan
j.        Tempat spesimen urine jika diperlukan
k.      Urobag
l.        Perlak dan pengalasnya
m.    Disposable spuit
n.      Selimut

·         Obat
a. Aquadest
b. Bethadine
c. Alkohol 70 %

·         Petugas
a.   Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkandalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial
b.      Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud
c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harussopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d.      Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dantujuan tindakan

·         Penderita
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent

PENATALAKSANAAN
1)      Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedangwanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2)      Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3)      Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4)      Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5)      Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6)      Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
·         Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penisdan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol.Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kananmemegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
·         Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulaidari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderitalaki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jellydalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit.8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
·         Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurustubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kananmemegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hatibersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanankateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelumurine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm danselanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
·         Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangankanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafasdalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasidihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar.Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnyadimasukkan lagi +/- 3 cm.9. Mengambil spesimen urine kalau perlu10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera padalabel spesifikasi kateter yang dipakai11.Memfiksasi kateter :Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomenPada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha12.Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandungkemih13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
·         Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
·         Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
·         Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
·         Nama terang dan tanda tangan pemasang


Referensi
Widjoseno Gardjito,Urologi, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu BedahRSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994
Prosedur Tetap Standar Pelayanan Medis IRD Dr. Soetomo. 1996.
Advanced Trauma Life Support Program Untuk Dokter, Cedera Kepala,Committee on Trauma American College of Surgeons, Terjemahan KomisiTrauma IKABI, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar